Secara historis kampung sarawandori terbentuk dari perkumpulan masyarakat adat suku yawa unat yang menyebar di pegunungan Yapen dan kemudian bersatu dan menduduki wilayah pantai Kampung Sarawandori. Sarawandori merupakan kampung adat yang terbentuk dari persebaran komunitas masyarakat suku yawa unat dalam rumpun budaya Saireri. Interaksi sosial masyarakat adat suku yawa unat dengan masyarakat adat suku aruisai melalui pasar barter yang berlokasi di wawon akoe (pantai besar) kampung sarawandori pada zaman dulu mengindikasikan sarawandori sebagai salah satu tempat yang merupakan cikal bakal pasar di kota Serui (selain banawa dan kunuaempi).
Sarawandori terdiri dari dua kata bahasa yawa unat yaitu Sarar yang mengandung arti Lari dan Wandori yang berarti Berkumpul. Jadi Sarawandori artinya lari dan berkumpul. Masyarakat sarawandori bermukim dirumah-rumah tua (yawasen) di atas gunung-gunung bagian utara kampung sarawandori. Dibawa abad ke 18 Sultan Tidore memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke papua termasuk yapen. Pada masa itu Sultan Tidore melantik kepala-kepala wilayah (korano) di pulau yapen dengan tujuan agar membangun hubungan wilayah dengan pemerintahan Tidore kala itu. Tokoh masyarakat sarawandori yang dilantik saat itu adalah bapak Yohanes Karubaba di Wawon Akoe (pantai besar) sarawandori yang juga sebagai pusat pasar barter. Masyarakat menyebut pantai besar karena lokasi ini menjadi pusat perjumpaan antara masyarakat yawa unat dan aruisai. Nama pantai besar ini mulai digunakan sejak pasar barter, namun sesungguhnya ada nama aslinya yang belum bisa ditampilkan saat ini (penelusuran lebih lanjut). Jadi Korano adalah sebutan dari kesultanan Tidore yang artinya kepala kampung (kepala wilayah). Secara adat yawa unat, masyarakat sarawandori mempunyai struktur adat kuno asli sebelum bersentuhan dengan budaya lain yang masuk. Struktur adat kuno asli dalam penentuan pemimpin tidak ada intervensi dari pihak luar karena struktur adat kono diwarisi secara turun temurun. Sebutan pemimpin dalam truktur adat kuno masyarakat sarawandori dalam suku yawa unat disebut sene. Selain kekeuasaan kesultanan tidore, papua juga dikuasai oleh pemerintahan belanda dan jepang. Belanda menguasai papua sejak awal abad 18 (1828) dan Jepang pada pertengahan abad 19 (1942). Sejak masyarakat sarawandori menerima agama atau Injil Kristus pada tanggal 25 Oktober 1924 oleh pelayan guru Injil Laurez Tanamal saat itu masyarakat yang terikat dalam klen (marga) masing-masing memutuskan untuk meninggalkan rumah-rumah tua (yawasen) di gunung-gunung dan turun menetap di bibir pantai sarawandori hingga kini. Jadi dibawah abad ke 18 masyarakat sarawandori dalam klen (marga) masing-masing ada dalam kontrol kepemimpinan adat yang disebut sene. Dengan demikian pemimpin kampung Sarawandori sejak atau diatas abad ke 18 hingga abad ke 20 (2025) sekarang diurutkan berdasarkan waktu dan kekuasaan pemerintahan Tidore ke Belanda ke Jepang hingga Indonesia di jelaskan sebagai berikut: Pada kekuasaan Sultan Tidore, kampung Sarawandori dipimpin oleh kepala kampung/wilayah pertama yaitu bapak Yohanes Karubaba (Korano, pangkat kesultanan Tododere). Kemudian bapak Yohanis Karubaba digantikan oleh bapak Fredik Karubaba pada masa pemerintahan Belanda. Pada masa akhir kepemimpinan bapak Fredik Karubaba, masuklah pemerintahan jepang dengan menetapkan wilayah-wilayah kekuasaan di wilayah utara pulau Papua termasuk Yapen. Masa pemerintahan bapak Fredik Karubaba adalah masa dimana masyarakat sarawandori diperhadapkan dengan peristiwa besar pada tahun 1943 yang dikenal dengan pembakaran kampung (Koreri) mengakibatkan sebagian besar jiwa meninggal di Sarawandori. Peristiwa koreri membuat sebagian masyarakat mengungsi ke kampung-kampung terdekat dan gunung-gunung. Setelah situasi mulai aman, masyarakat kembali ke kampung. Masyarakat menunjuk bapak Nataniel Wayeni sebagai kepala kampung. Diatas tahun 1950 bapak Nataniel Wayeni digantikan oleh bapak Yudas Karubaba. Pada tahun 1957 kepemimpinan bapak Yudas Karubaba saat itu masuknya pergerakan pinsterkerk (pentakosta). Bapak Yudas Karubaba meragukan pergerakan baru ini karena masih mengingat peristiwa koreri pada masa kepemimpinan bapak Fredik Karubaba. Keraguan ini ditepis dengan penjelasan dan permintaan dua tokoh penghubung yang tidak ditampilkan namanya saat ini. Akhirnya bapak Yudas Karubaba memberikan izin untuk pergerakan pinsterkerk melaksanakan ibadah pertama kali di kampung Sarawandori. Masa kepemimpinan bapak Yudas Karubaba saat itu juga merupakan masa-masa transisi pemerintah belanda mengangkat kaki dari bumi neuw guinea (Papua) melalui putusan PEPERA tahun 1969 di biak dan sistim pemerintahan indonesia diterapkan di neuw Guinea atau Irian Barat (Ikut Republik Anti Nederland). Bapak Yudas Karubaba merupakan salah satu kepala kampung sebagai utusan untuk mengikuti kegiatan PEPERA di Biak. Cendera mata yang dibawah oleh bapak Yudas Karubaba ketika kembali dari biak adalah membawa 1 radio merek sanyo. Pemerintahan Indonesia mulai diterapkan diseluruh wilayah Papua yang dulunya menjadi jajahan Belanda. Dari wilayah kampung akhirnya Sarawandori kembali menjadi wilayah RK dibawah kontrol kelurahan Anotaurei kecamatan Yapen Selatan pada tahun 1972 . Bapak Yudas Karubaba digantikan oleh Bapa Yoseph Yapanani sebagai ketua RK VII. Bapak Yoseph Yapanani diangkat menjadi pegawai kecamatan Yapen Selatan sehingga digantikan oleh bapak Yulianus Warmetan sebagai ketua Rukun Keluarga (RK VII). Setelah masa jabatan bapak Yulianus Warmetan kemudian bapak Marthen Luther Karubaba ditunjuk menggantikan bapak Yulianus Warmetan. Bapak Marthen Luther Karubaba menjabat sebagai Ketua RK VII pada tahun 1984 hingga tahun 1991. Adanya peluang pemekaran desa baru, maka Sarawandori mengusulkan desa baru. Ketua RK (Marthen Luther Karubaba) dibantu oleh bapak Abraham Yapanani dan bapak Menase Yapanani mengadakan pendataan jumlah Kepala Keluarga dan admisntrasi lain untuk memenuhi syarat pemekaran desa. Usulan pemekaran desa sarawandori dijawab oleh pemerintah daerah tingakat II Yapen Waropen dan saat itu Sarawandori mulai jalankan pemerintahannya. Pemilihan kepala desa pertama setelah pemekaran berlangsung di SD YPK Effata Sarawandori pada tahun 1991. Hasil pemilihan, dimenangkan oleh bapak Menase Yapanani pada urutan ke 1 dan bapak Marthen Luter Karubaba pada urutan ke 2, bapak Yoas Warmetan urutan ke 3 dan bapak Abner Yapanani urutan ke 4. Melihat hasil pemilihan ini, ayah dari bapak Menase Yapanani minta kepada forum pemilihan agar anaknya Menase Yapanani turun ke urut 2 dan urut 2 naik ke urut 1 atas pertimbangan bahwa dirinya adalah pemimpin jemaat (Gereja Pantekosta di Indonesia) kala itu, maka anaknya jangan menjadi pemimpin agar menjaga kebersamaan dalam membangun desa. Permintaan ini diterimah oleh bapak Menase Yapanani dan saat itu bapak Marthen Luther Karubaba ditetapkan sebagai kepala desa terpilih. Pada tanggal 6 November 1991 bapak Marthen Luther Karubaba dilantik oleh Bupati Yapen Waropen di Waren (Waropen) dengan SK. Nomor:..........................
Periode bapak Marthen L. Karubaba berakhir dan bapak Yoseph Yapanani terpilih sebagai kepala desa tahun 1995. Masa kepemimpinan bapak Yoseph Yapanani belum berakhir beliau meninggal dunia. Masa kepempinan bapak Yoseph Yapanani berakhir kemudian Bapak Gerald Wayeni terpilih sebagai kepala desa pada tahun 2000. Pada tahun 2005 terbentuk Distrik Kosiwo dan Kampung Sarawandori direkomendasikan menjadi salah satu kampung dari 10 kampung yang masuk di wilayah Distrik Kosiwo. Pada tahun 2014 Kampung Sarawandori dimekarkan menjadi dua wilayah pemerintahan yaitu Kampung Sarawandori atau sekarang Sarawandori dan Kampung Sarawandori II. Bapak Gerald Wayeni memimpin selama 3 periode hingga 2019 dan bapak Musa Yapanani, S.Sos terpilih sebagai kepala kampung pada tahun 2019.
Terhitung kampung sarawandori terbentuk hingga tahun 2019 atau 1924-2019 adalah 95 tahun. Nama dan masa kepemimpinan kampung sarawandori dengan periode kerja sebagai berikut:
1. Yohanes Karubaba (Kepala kampung; pemerintahan todore, pemerintahan Jepang)
2. Fredik Karubaba (Kepala Kampung; pemerintahan Jepang)
3. Nathaniel Wayeni (Kepala Kampung; pemerintahan Belanda)
4. Yudas Karubaba (Kepala Kampung; Masa transisi/peralihan belenda ke Indonesia)
5. Yoseph Yapanani (Ketua RK; Pemerintahan indonesia)
6. Yulianus Warmetan (Ketua RK VII tahun 1972-1984)
7. Marten Luther Karubaba (Ketua RK 1984-1991 dan Kepala Desa periode 1991-1995)
8. Yoseph Yapanani (Kepala Desa periode 1995-2000)
9. Gerald Wayeni (Kepala Desa periode 2000-2014 berubah ke Kampung 2014-2019)
10. Musa Yapanani (Kepala Kampung periode 2019-2025 penambahan 2 tahun ke 2027)
Pemimpin Kampung Sarawandori dari Masa ke Masa
Penulis: Jekson M. Yapanani
Narasumber (wawancara pada bulan Oktober 2019):
1. Bapak Yulianus Warmetan
2. Bapak Marthen Luther Karubaba
3. Bapak Menase Yapanani
4. Bapak Geradus Wayeni
Validasi Masyarakat Sarawandori pada tanggal 6 September 2025 pada kegiatan:
Seminar Sejarah Injil Masuk Di Sarawandori (Fokus arti nama Kampung, Pemimping Kampung dan Yawasen/rumah tua dari marga-marga)